Senin, 28 Maret 2016

Saya Memanggilnya Bu Cip

Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, SDN Jember Lor II, saya memiliki seorang guru yang biasa dipanggil dengan nama Bu Cip. Ketika itu saya duduk di kelas 4, dan Bu Cip menjadi wali kelasnya. Bu Cip adalah sosok yang tegas ketika mengajar, jika ada murid yang nakal, tidak segan dia akan menjewer atau memukul kaki siswa dengan penggaris kayu. Saya menyebutnya dengan istilah 'disamblek'.

Sebagai murid, adakalanya saya merasa takut ketika diajar oleh beliau, terutama pada mata pelajaran bahasa daerah (jawa). Saya masih ingat, berdiri kaku di depan papan tulis ketika beliau menyuruh saya menulis dengan aksara jawa yang tidak begitu saya kuasai.

Namun demikian Bu Cip juga seorang guru yang menyenangkan, terutama ketika mengajar mata pelajaran matematika. Saya menikmatinya bahkan saya meminta kepada ibu saya agar bisa ikut les di rumah Bu Cip, dan itu terjadi. Saya belajar di rumah Bu Cip 3 kali seminggu sepanjang duduk di kelas 4. Saya masih bisa mengingat bolpen pilot warna hijau-nya menari-nari di atas buku tulis saya, ketika mengoreksi pekerjaan saya dan memberi nilai pada pekerjaan saya.

Selain mengajar di kelas, di luar kelas Bu Cip adalah seorang Pembina Pramuka. Di kegiatan ini saya bisa melihat sisi lain dari beliau, sisi yang ceria penuh canda tawa dan optimis menghadapi permasalahan kehidupan.

Tulisan ini, sengaja saya dedikasikan kepada Bu Cip, yang sudah memberi warna dalam proses pendidikan saya.

Bu Cip kini menghabiskan masa tuanya di kota Jember.

Sehat terus ya Bu!

Salam hormat dari saya, muridmu.

HashOcean

Sabtu, 26 Maret 2016

1000 Alumni Pulang Kampung - Reuni Akbar Alumni SMASA Jember

Tanggal 25 - 26 Maret 2016 digelar serangkaian kegiatan acara Reuni Akbar Alumni SMASA Jember. Kebetulan saya adalah salah satu alumni SMASA Jember, periode masuk sekolah tahun 1994 dan lulus di tahun 1997, dan oleh karenanya saya disebut sebagai alumni angkatan 1997.

Sayang sekali karena satu dan lain hal saya tidak bisa hadir di acara tersebut. Namun berkat teknologi atmosfir kegembiraan suasana disana dapat saya rasakan melalui kanal-kanal media sosial seperti facebook dan whatsapp. Gambar foto kiriman teman-teman mengalir tiada henti ke HP saya.








Sebagai salah seorang alumni SMASA Jember, saya merasa bangga kepada almamater saya ini. Dari sinilah bermunculan para pemimpin di negeri ini, antara lain Bupati Jember, Bupati Banyuwangi, Kapolda Jawa Timur, Kapolres Jember dan masih banyak lagi yang saya tidak bisa sebutkan satu per satu. Ditambah lagi yang berkarya di seluruh dunia, antara lain di Jerman, Arab Saudi, Singapura, Jepang, Australia, Amerika Serikat dan lain-lain.

SMASA Jember memiliki guru-guru yang luar biasa, penuh dedikasi dan kerendahan hati membimbing kami, murid-muridnya hingga dapat berhasil di masa depan masing-masing. Alhamdulillah wa syukurillah... terima kasih guruku.

Sebagai alumni SMASA Jember, saya mengajak teman-teman para alumni semua untuk senantiasa menjaga nama baik almamater, berkarya di bidang masing-masing demi kemajuan dan kemakmuran bangsa dan negara.

Selamat ber-Reuni, dulur sak lawase!

reg_button_title

Jumat, 25 Maret 2016

Resensi Buku "Art & Jung"



Membaca buku "Art & Jung" karya Kang Buntje, seperti mengulang mengikuti mata kuliah kepribadian, khususnya yang membahas tentang Psikologi Analitis Jung, namun dengan cara yang berbeda. Sistematika penulisan yang runtut, membuat saya mampu me-recall dengan cepat materi mata kuliah kepribadian yang dulu saya dapat di kelas, mulai dari apa itu Kesadaran, Ketidaksadaran Personal, Ketidaksadaran Kolektif, Arketype, Mandala dan Self.

Saya habis menuntaskan membaca buku ini dalam perjalanan dari Bandung menuju Kualanamu Medan tidak bersisa. Ini menandakan buku ini sangat enak dibaca dan mudah untuk dipahami, khususnya bagi seseorang yang pernah belajar di fakultas psikologi.

Buku ini mampu menyatukan pengetahuan yang berserak tentang Carl Gustav Jung yang pernah saya dapat sebelumnya, menjadi sebuah satu kesatuan pemahaman yang utuh.

Jangan lewatkan untuk menjadikan buku ini sebagai salah satu koleksi di perpustakaan pribadi anda.

Salam!


HashOcean

Rabu, 23 Maret 2016

Era Belajar 2.0

Satu bulan terakhir ini saya mendapat kesempatan menfasilitasi sebuah Learning Station atau sesi belajar bersama pada sebuah perusahaan Start-Up di Bandung yang memiliki fokus bisnis di bidang Custom Clothing.

Dalam tugas itu saya mendampingi belajar 2 divisi, yakni divisi Marketing dan divisi Customer Service di perusahaan tersebut. Jujur ini pengalaman pertama saya terjun ke dunia coaching, namun demikian saya bersyukur karena saya berani menuliskan 'Coach' sebagai salah satu personal branding diri saya, dan ini berarti menjadi projek perdana saya sebagai 'Coach' bagi perusahaan ini.



Sejak awal, saya sangat bersemangat dalam kegiatan memfasilitasi. Kelas Inspirasi adalah sebuah pengalaman berbagi yang cukup meninggalkan kesan mendalam karena  saya memperoleh tidak hanya pengalaman satu hari menjadi guru, namun secara emosional jauh lebih dari pada itu.

Jauh sebelum Kelas Inspirasi saya pun telah terlibat aktif dalam kegiatan mentoring mahasiswa psikologi Unpad, khususnya bidang Psikologi Industri dan Organisasi. Benang merahnya saya sangat menikmati dan menyukai kegiatan berbagi pengetahuan seperti ini.

Hari ini pun saya dipertemukan dengan sebuah metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi internet melalui media streaming, di situs www.cozora.com, yang memiliki tagline "Live chat with inspiring people; Learn from the best, ask questions, and meet new friends."

Berbekal undangan belajar yang di-tag oleh istri saya, pada pukul 19 lebih kami pun standby belajar bersama di ruang tengah rumah kami. Materi belajar kami malam ini adalah: #StartupSeries 1: Kenapa Memulai Startup? bersama Natali Ardianto, yang kebetulan teman SMA istri saya. ^_^



Format belajar memadukan slide dan penjelasan melalui media suara oleh nara sumber dan chat oleh moderator, memungkinkan saya memperkenalkan diri, berbicara dengan peserta lain dan bahkan mengajukan pertanyaan kepada nara sumber dengan sangat mudah. Satu hal lagi yang membuat saya takjub adalah kegiatan belajar malam ini pun direkam, sehingga dapat diakses kembali di waktu-waktu yang akan datang.

Penasaran, saya pun mencoba mengakses materi-materi belajar terdahulu, dan voila semua bisa diakses baik slide presentasinya maupun audio-nya. Seketika saya tersadar.... "Selamat datang di era belajar 2.0" Dimana ruang kelas Anda adalah ruang tengah rumah Anda atau meja belajar Anda, atau meja tamu Anda, atau dimana pun Anda ingin berada sepanjang terhubung melalui internet.

Well, tidak ada alasan bagi siapapun yang hendak belajar, asal terhubung melalui internet maka dari sanalah kita dapat bertemu mentor-mentor handal secara cuma-cuma. Jangan lewatkan kesempatan ini.

Salam!


HashOcean

Senin, 21 Maret 2016

Belajar Psychodiagnostic Computing

Sebagai alumni Fakultas Psikologi Unpad, saya belajar tentang materi psikodiagnostik. Materi ini adalah jantung dari ilmu psikologi yang saya pelajari. Banyak kompetensi teknis hadir dari materi ini, mulai dari berpenampilan profesional, kemampuan observasi, kemampuan mengadministrasi sebuah tes baik individual maupun klasikal, kemampuan menangkap intisari kepribadian seseorang, serta kemampuan menulis laporan kepribadian seseorang.

Perkembangan teknologi mau tidak mau menyentuh ilmu Psikologi yang telah lebih dahulu ada di muka bumi ini. Berbekal rasa ingin tahu yang besar maka saya hadir di sebuah acara sharing session yang diselenggarakan Badan Inovasi Pelayanan Psikologi, pada hari Senin, 14 Maret 2016 lalu, tentang Psychodiagnostic Computing yang dibawakan oleh Kang Apin, Kang Heru dan Kang Aswin, para kakak kelas saya di Fakultas Psikologi Unpad.








Kami pernah belajar tentang bagaimana membuat alat ukur psikologi yang baik, namun seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi kami dituntut untuk mampu membuat alat ukur psikologi digital yang bermanfaat bagi masyarakat. Ini tantangan kami, yang akan kami jawab tidak lama lagi.

Saya selalu merasa senang berada dalam kegiatan knowledge sharing seperti ini. Selalu membuat api keingintahuan dalam diri saya menyala-nyala. Disamping itu ada pula kesempatan menjalin relasi pertemanan yang lebih luas dengan kakak-kakak alumni fakultas Psikologi Unpad.

Ini cerita saya hari ini.

Salam!



HashOcean

Senin, 14 Maret 2016

Digital Entrepreneur Versi Saya

Saya sudah tertarik dengan Entrepreneur atau kewirausahaan sejak masih duduk di bangku SMA. Di bangku kuliah pun ketika dihadapkan pada tugas Kuliah Kerja Nyata (KKN), saya pun memilih untuk mengambil KKN Kewirausahaan untuk belajar berwirausaha dengan magang di sebuah perusahaan telekomunikasi terbesar di negeri ini.

Pemahaman saya tentang Entrepreneur / wirausaha ketika itu adalah seseorang yang punya bisnis sendiri dan mampu menghasilkan uang dari sana. Bentuk bisnisnya apa, terus terang saya tidak tahu. Bagaimana proses bisnisnya, saya juga tidak tahu. Dari mana uangnya muncul, apalagi. Namun demikian saya tetap tertarik dengan dunia Entrepreneur.

Setelah saya terjun di dunia kerja pun, dunia Entrepreneur selalu mengganggu konsentrasi saya, memanggil-manggil untuk saya datangi. Akhirnya keputusan untuk menjadi seorang Entrepreneur saya ambil di bulan Agustus 2014 lalu. Satu hal yang saya paling suka dalam Entrepreneur, tidak ada sesuatu yang pasti. Semua bisa di-create sesuai dengan kemauan si pemilik ide bisnis. Mulai dari nama perusahaan, visi, misi dan proses bisnis, semua bebas dibuat oleh si pemiliknya.

Nama Masjawski Free Enterprise muncul di kepala saya sejak tahun 2003-an. Nama itu terinspirasi setelah saya belajar dalam sebuah komunitas bernama Network 21, yang senantiasa menyuarakan semangat free enterprise ketika itu. Dari nama itu saya belum tahu akan berbentuk apa usaha saya nantinya, yang paling penting saya tulis saja terlebih dahulu. Untuk melihat detail apa yang saya lakukan di Masjawski Free Enterprise, anda bisa mampir ke sini: https://www.linkedin.com/in/wijanarko-dwi-utomo-59717430?trk=nav_responsive_tab_profile

Seiring perjalanan waktu, bertambahnya pengalaman dan kesempatan belajar, akhirnya saya menemukan bentuk kewirausahaan yang ingin saya tekuni. Ia saya beri naman Digital Entrepreneur. Istilah Digital Entrepreneur yang umum di masyarakat saat ini erat kaitannya dengan Start-Up, Data Center, Coding, Cloud, Big Data, dan hal-hal 'Techy' lainya. Definisi Digita Entrepreneur versi saya cukup sederhana bekerja mandiri dengan memanfaat teknologi (komputer dan internet) yang bisa dilakukan dari rumah. Itu definisi Digital Entrepreneur versi saya.

Bagaimana dengan anda?

Silakan dibuat versi anda masing-masing.

Salam!

HashOcean

Rabu, 09 Maret 2016

Menginspirasi Cita-cita Anak

Pagi ini saya teringat dengan beberapa hal yang terjadi di masa SMA. Ada suatu saat dimana saya ingin sekali mendaftarkan diri dalam program beasiswa sekolah yang diberikan oleh Nanyang University Singapura. Saya melihat pengumuman tentang beasiswa itu dari Harian Kompas yang memang sudah menjadi koran langganan di keluarga kami. Dari beberapa persyaratan yang ada, saya fokus pada hal yang bernama Curiculum Vitae (CV). Sampai hari itu saya masih awam dengan CV, bentuknya seperti apa, isinya seperti apa, saya tidak tahu. Tantangan berikutnya saya harus membuat CV dalam bahasa Inggris.

Saat itu yang saya lakukan adalah mencoba menghubungi guru Bahasa Inggris saya dan bertanya kepada beliau bagaimana caranya membuat CV. Alhamdulillah beliau membantu, CV berhasil dibuat, namun pada akhirnya saya tidak tahu apakah surat pengajuan beasiswa diterima atau tidak, yang saya tahu saya tidak kuliah di Nanyang University. ^_^

Hal yang menarik untuk digali adalah apa yang membuat saya, anak Jember yang buta wawasan tentang luar negeri, berani mengajukan permohonan beasiswa ke Nanyang University dengan hanya berbekal informasi di sebuah Harian Kompas. Saya tidak pernah dibimbing secara khusus untuk itu, namun Ayah saya sering menasehati, "Ayo nak sekolah yang tinggi, S2, beasiswa, kalau bisa ke luar negeri." Kalimat itu sering terucap berulang-ulang dan bisa jadi kalimat itu kemudian menetap di alam bawah sadar saya, sehingga secara tidak sadar pun saya mencari jalan menuju ke sana.

Harian Kompas ketika itu adalah jendela informasi bagi saya untuk melihat dunia. Saya tinggal di Jember, sebuah kota administratif di Jawa Timur ketika itu. Saluran televisi hanya satu, TVRI. Siaran radio yang utama hanya RRI. Harian Kompas mampu memberikan update apa yang sedang terjadi di luar sana, baik skala nasional, regional maupun international. Tanpa Harian Kompas, saya tidak tahu, gambaran saya tentang cita-cita di masa depan akan seperti apa.

Sekarang kita hidup di era yang serba terbuka, informasi mengalir deras dalam genggaman. Menurut saya ini saat yang mudah untuk menginspirasi anak-anak kita, walaupun juga bisa menjadi sulit di saat yang bersamaan mengingat konsekuensi dari keterbukaan informasi juga lumayan berat. Namun saya mencoba untuk lebih fokus mengambil sisi positif dari keterbukaan informasi ini.

Anak-anak saya akan lebih mudah untuk mengakses sebuah bidang ilmu yang dia minati. Sebagai contoh, saya sering memperhatikan kakak Dvn suka berekspresi dengan suara-suara di mulutnya, ternyata saya ketahui kemudian dia ada minat dalam melakukan human beat box. Untuk mempelajari hal itu dengan mudah ia mencari referensi di youtube. Voila, dalam waktu singkat dia bisa jadi sudah menguasai keterampilannya.

Youtube memberikan akses untuk belajar dengan cara melihat dan mendengar langsung sebuah hal dilakukan. Sama seperti metode pembelajaran praktikum ketika sekolah dulu. Bedanya dulu di sekolah mata waktu dan subjek mata pelajarannya terbatas, sekarang subjek dan waktu belajar 24 jam sepanjang ada koneksi wifi. ^_^

Jangan sia-siakan perkembangan teknologi yang demikian canggih seperti ini, manfaatkan dia untuk memberi inspirasi kepada anak-anak kita agar menjadi pribadi yang bermanfaat kelak bila mereka dewasa nanti.

Salam!




HashOcean

Senin, 07 Maret 2016

Nama Anak Adalah Doa

Nama anak adalah doa yang terucap di mulut orang tuanya menitipkan harapan kepada sang Maha Pencipta.

Alhamdulillah, sampai saat ini saya dipercaya oleh Allah SWT untuk merawat dan mendidik 3 anak laki-laki yang memiliki karakter dan keunikannya masing-masing.

Kali ini saya ingin berbagi cerita tentang arti nama anak-anak saya dan latar belakang situasi yang sedang saya alami saat itu.

Anak sulung, saat ini usianya 8 tahun, nama lengkapnya Devan Aditya Ramadhan. Saya biasa menulis inisial namanya dengan Dvn. Dia lahir beberapa hari sebelum bulan Ramadhan tiba di tahun 2007. Ketika Dvn lahir, saya bekerja di sebuah perusahaan manufakturing komponen otomotif di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kebetulan Dvn lahir di hari Sabtu, 25 Agustus 2007, sehingga pada saat proses kelahirannya saya ada mendampingi istri saya. Dvn lahir pada pukul 18.15 WIB, dengan panjang badan 50 cm dan berat badan 3260 gr.

Nama Devan Aditya Ramadhan, berisi harapan saya sebagai orang tua agar kelak dia menjadi anak lelaki yang senantiasa berada di depan, memimpin diri dan keluarga, menjaga adik-adiknya. Memiliki sifat pemberani, bertanggung jawab, penuh cinta kasih pada sesama. Semoga harapan saya dapat terkabul. Aamiiin...

Anak kedua, saat ini usianya 2 tahun, nama lengkapnya Dzaki Satria Aryadhana. Saya biasa menulis inisial namanya dengan Dz. Proses kelahiran Dz ini cukup menarik karena di hari Sabtu yang cerah, 24 Agustus 2013, niat kami ke Rumah Sakit adalah untuk mengikuti kegiatan senam hamil. Namun ternyata suster menyatakan sudah mulai ada bukaan. Segera kami masuk ruang observasi dan Dz lahir melalui proses persalinan normal pada pukul 14.14 WIB dengan panjang badan 49 cm dan berat badan 3010 gr. Ketika Dz lahir, saya bekerja di sebuah perusahaan IT Services di Bandung, dengan posisi sebagai Manajer SDM & Umum. Secara ekonomi, kondisi keluarga kami saat itu cukup baik.

Nama Dzaki Satria Aryadhana, mengandung harapan agar kelak dia tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, berjiwa satria dan dilimpahi rizki yang berkah dari Allah SWT, sehingga mampu menjadi penolong bagi sesama.

Anak bungsu, saat ini usianya baru beberapa minggu, nama lengkapnya Dipta Rizki Wiratma. Saya biasa menulis inisialnya dengan Dp. Dp lahir melalui proses normal di hari Minggu yang mendung, tanggal 7 Februari 2016, pada pukul 08.08 WIB, dengan panjang badan 50 cm dan berat badan 2850 gr. Proses persalinan berlangsung cepat, namun sang ibu harus mengalami pendarahan sehingga harus diambil tindakan. Syukur alhamdulillah semua dapat pulang ke rumah dalam keadaan sehat. Ketika Dp lahir, saya sudah memutuskan untuk menjadi seorang entrepreneur, dan mulai merintis menulis blog Ayah Penuh Waktu.

Nama Dipta Rizki Wiratma, mengandung doa semoga dia menjadi anak lelaki yang berjiwa pencerah, dilimpahi rizki yang penuh berkah. Saya pribadi merasa saat Dp lahir, saya berada dalam kondisi yang sangat baik dan dapat melihat masa depan kami demikian cerah dengan pilihan hidup yang saya ambil sebagai entrepreneur.

Demikian kisah saya tentang arti nama anak-anak. Sekali lagi nama anak adalah doa yang terucap dari mulut kedua orang tuanya. Pastikan anda memberi nama yang baik bagi anak-anak anda.

Salam!

HashOcean

Sabtu, 05 Maret 2016

Kado Ulang Tahun

Bulan Maret adalah bulan yang sangat berkesan untuk saya karena di bulan ini saya dilahirkan. Didalam keluarga, bukan hanya saya sendiri yang lahir di bulan Maret, Kakak kandung saya pun lahir di bulan ini.

Hari ini tanggal 6 Maret 2016, Kakak kandung saya merayakan hari ulang tahunnya yang ke xx tahun. Ucapan selamat ulang tahun pun mengalir deras di timeline facebooknya. Saya pun tak ketinggalan menyematkan doa untuknya.

Bicara ulang tahun, tidak afdol rasanya bila tidak ada kado ulang tahun. Buat sebagian orang yang sedang berulang tahun, mendapat kado dari orang-orang tersayang atau pun dari teman-teman dekat, tentu merupakan sebuah kebahagiaan sendiri, apalagi kalau kado yang diterima benar-benar sesuatu yang kita inginkan atau butuhkan saat itu.

Saya memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Ketika sedang merayakan ulang tahun, kado yang paling indah dari orang lain untuk saya adalah untaian doa. Doa ini memiliki nilai dan manfaat yang luar biasa ke depan. Sebaliknya jika saya menginginkan sesuatu, saya lebih suka untuk mengusahakannya sendiri sebagai kado ulang tahun.

Seperti yang saya lakukan kali ini, sudah lama saya ingin memiliki RC Drone sendiri. Harga yang lumayan membutuhkan persiapan tersendiri untuk mengeksekusi kepemilikannya. Alhamdulillah kesempatan itu hadir di bulan ini. Alih-alih menunggu waktu hari ulang tahun di tanggal 22 nanti, saya memutuskan untuk menerima kado ulang tahun saya di awal. Hehehe...



Intinya, bagi saya kado ulang tahun yang terindah dari orang lain adalah untaian doa yang tulus. Jika ingin sesuatu, saya lebih suka mengusahakannya sendiri.

Salam.

HashOcean

Kamis, 03 Maret 2016

Bantu Anak Raih Cita-cita

Jika diingat kembali, dulu ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, kita sering kali diarahkan oleh kedua orang tua kita untuk rajin belajar, agar mendapat nilai yang baik di sekolah. Saya ingat, saya merasa jarang ditanya apa yang saya suka dari pelajaran di sekolah. Orang tua selalu menuntut kita untuk mendapat nilai bagus di semua mata pelajaran.

Beruntung kemudian saya belajar Psikologi. Setelah belajar Psikologi saya semakin memahami bahwa setiap manusia itu unik, bahkan untuk sepasang anak kembar identik sekalipun. Keunikan ini lah yang menjadi dasar saya untuk tidak memberikan pendekatan yang sama terhadap anak-anak saya kelak.

Saya akan perhatikan betul apa yang menjadi minatnya, dan saya akan memberikan dorongan lebih di area yang mereka minati. Tujuan saya sederhana, meningkatkan level kebahagiaan mereka dalam melakukan sesuatu yang mereka minati, dan menurunkan level stres-nya dengan harapan hasil karya mereka optimal.

Diskusi ini akan lebih luas terkait dengan rencana pendidikan mereka di masa depan. Satu hal yang terpikir oleh saya saat ini adalah saya akan tanyakan betul apa yang menjadi cita-cita anak saya, apa yang ingin mereka lakukan, bidang profesi apa yang mereka sukai dan ingin dikuasai. Saya tidak akan pernah memaksakan mereka untuk menyenyam bangku kuliah jika memang mereka tidak membutuhkannya.

Wow terdengar ekstrim ya. Wait, nanti dulu, begini penjelasannya. Saat ini anak sulung saya masih duduk di bangku SD kelas 3, masih ada waktu sekitar 9 tahun lagi hingga dia lulus SMA. Saya akan pastikan terlebih dahulu apa yang mau dia lakukan selepas SMA nanti. Menjadi seorang entrepreneur, Dokter, Psikolog, Arsitek atau apa?

Jika dia menginginkan untuk menjadi seorang Entrepreneur, maka selepas SMA nanti dia akan saya arahkan untuk langsung terjun ke dunia wirausaha, tanpa perlu sekolah terlalu tinggi di awalnya. Bayangan saya, 5 tahun setelah itu dia bisa mencapai kesuksesan usahanya, yang berarti usianya masih 22 tahun. Disini, jika dia mau kuliah, usianya masih relatif muda dan secara finansial dia sudah relatif mapan. ^_^

Alternatif lain, jika ingin menjadi seorang profesional (Arsitek, Dokter, Psikolog, dll) maka saya akan arahkan dia untuk masuk perguruan tinggi terbaik yang sesuai dengan minatnya. Selesaikan Strata 1, Strata 2, Strata 3 baru kemudian mengabdi kepada masyarakat. Mungkin pertanyaannya adalah si anak hidup, uangnya dari mana, kok sekolah terus. Jawaban saya sederhana, rejeki dari Allah.

Kira-kira demikian yang ingin saya lakukan kelak dalam membantu anak-anak meraih cita-citanya.

Salam!


HashOcean

Rabu, 02 Maret 2016

Terima Kasih Guruku


Dari sekian banyak guru SMA Negeri 1 Jember yang mengajar saya, beliau adalah salah satu guru yang meninggalkan kesan mendalam pada diri saya. Beliau mengajar mata pelajaran Seni, khususnya menggambar. Saya tidak merasa punya bakat menggambar, hasil gambar saya relatif tidak bagus. Namun demikian, saya menangkap sebuah esensi dari mata pelajaran seni yang beliau ajarkan di bangku SMA, namun saya nikmati penerapannya hingga hari ini.

Seni itu bukan hasil akhir. Seni adalah sebuah proses. Proses interaksi antara pemikiran dan lingkungan sekitar. Interaksi yang pada akhirnya mengantar pada solusi. Solusi yang tidak serta merta sempurna, namun solusi yang senantiasa membutuhkan umpan balik untuk mencapai kesempurnaan. Dari mata pelajaran Seni, saya belajar tentang fleksibilitas, kelenturan, baik dalam berpikir, bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Fleksibilitas yang membuat saya mampu mengatasi hampir semua permasalahan yang datang dalam hidup saya. Fleksibilitas yang mampu melontarkan diri jauh meninggalkan tanah kelahiran saya dan menyesuaikan diri di tempat yang baru.

Beliau adalah figur guru yang senantiasa melihat siswa sebagai manusia, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Beliau adalah teman diskusi yang menyenangkan bahkan hingga hari ini. Walau usia kami terpaut jauh, namun saya menemukan kesetaraan dalam melihat sesuatu. Sungguh sebuah pengalaman yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata.

Putra bungsu beliau, ternyata mengikut jejak langkah saya. Tak hanya dalam hal bidang olahraga bola basket, sebagaimana yang saya tekuni sejak SMP, namun juga menempuh pendidikan sarjana di fakultas yang sama dengan diri saya, Psikologi Unpad. Secara tidak langsung saya merasa bangga, langkah ini ada yang mengikuti, walaupun saya sangat menyadari pencapaian kami, minat kami, amatlah banyak yang berbeda. Namun demikian, hal itu tidak menghalangi saya untuk memandangnya selayaknya adik kandung sendiri.

Kemarin, 2 Maret 2016, kami menghabiskan waktu bersama, merayakan kelulusan sang putra, menikmati suasana Lembang yang sejuk.

Saya pribadi merasa bersyukur dan berbahagia, karena masih diberi kesempatan untuk menunjukkan sedikit penghormatan kepada salah seorang guru terbaik yang dimiliki SMA Negeri 1 Jember.

Beliau adalah Pak Adi Budiyanto.

HashOcean