Senin, 28 Maret 2016

Saya Memanggilnya Bu Cip

Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, SDN Jember Lor II, saya memiliki seorang guru yang biasa dipanggil dengan nama Bu Cip. Ketika itu saya duduk di kelas 4, dan Bu Cip menjadi wali kelasnya. Bu Cip adalah sosok yang tegas ketika mengajar, jika ada murid yang nakal, tidak segan dia akan menjewer atau memukul kaki siswa dengan penggaris kayu. Saya menyebutnya dengan istilah 'disamblek'.

Sebagai murid, adakalanya saya merasa takut ketika diajar oleh beliau, terutama pada mata pelajaran bahasa daerah (jawa). Saya masih ingat, berdiri kaku di depan papan tulis ketika beliau menyuruh saya menulis dengan aksara jawa yang tidak begitu saya kuasai.

Namun demikian Bu Cip juga seorang guru yang menyenangkan, terutama ketika mengajar mata pelajaran matematika. Saya menikmatinya bahkan saya meminta kepada ibu saya agar bisa ikut les di rumah Bu Cip, dan itu terjadi. Saya belajar di rumah Bu Cip 3 kali seminggu sepanjang duduk di kelas 4. Saya masih bisa mengingat bolpen pilot warna hijau-nya menari-nari di atas buku tulis saya, ketika mengoreksi pekerjaan saya dan memberi nilai pada pekerjaan saya.

Selain mengajar di kelas, di luar kelas Bu Cip adalah seorang Pembina Pramuka. Di kegiatan ini saya bisa melihat sisi lain dari beliau, sisi yang ceria penuh canda tawa dan optimis menghadapi permasalahan kehidupan.

Tulisan ini, sengaja saya dedikasikan kepada Bu Cip, yang sudah memberi warna dalam proses pendidikan saya.

Bu Cip kini menghabiskan masa tuanya di kota Jember.

Sehat terus ya Bu!

Salam hormat dari saya, muridmu.

HashOcean

Tidak ada komentar:

Posting Komentar