Kamis, 04 Februari 2016

Bila Saya di-PHK


Awal tahun 2016 ini, saya dikejutkan dengan berita tentang "Ford Tarik Diri dari Indonesia", pada tanggal 25 Januari 2016.
http://mediaindonesia.com/news/read/25970/ford-tarik-diri-dari-indonesia/2016-01-25

Hari ini seorang kawan membagikan berita tentang dua perusahaan elektronik raksasa asal Jepang, Panasonic dan Toshiba menutup tiga pabriknya di Indonesia dalam kurun waktu Januari - Maret 2016. Lebih dari 2.500 karyawan dipastikan menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Tidak hanya itu, di belahan dunia yang lain, tersiar kabar bahwa YAHOO mulai mengurangi karyawannya dan menjual aset-asetnya.

Pertanyaannya, "Siapa yang siap di-PHK tiba-tiba?"
Mungkin sebagian besar pembaca yang karyawan akan mengatakan tidak akan siap bila terkena PHK tiba-tiba. Mungkin saya pun akan memberi jawaban yang sama, bila di-PHK tiba-tiba.

Namun saya punya pengalaman yang kurang lebih mirip dengan di-PHK tiba-tiba. Selama 9 tahun pengalaman saya bekerja, saya mengalami 2 kali resign tiba-tiba. Pertama diminta resign karena satu hal. Kedua saya mengajukannya secara sadar dan sukarela.

Keduanya mengantarkan saya pada satu situasi yang tidak pasti pada awalnya. Anda bisa membayangkan, seorang laki-laki, kepala keluarga, harus kehilangan pekerjaan, sumber mata pencaharian keluarga. Berada di kondisi demikian, memperoleh pengertian dan dukungan dari pasangan adalah hal yang paling utama sekaligus hal yang paling sulit. Tidak mudah memang. Pasangan mana yang bisa segera berlapang dada menerima kenyataan bahwa kepala keluarga, suaminya, pasang hidupnya kehilangan pekerjaan.


Tapi itulah kehidupan, terkadang ia menghadirkan sebuah kejutan yang tampak buruk di mata kita, namun sesungguhnya Allah punya maksud yang baik dibalik peristiwa itu. Manusia berencana, Tuhan menentukan. Kehilangan pekerjaan bukan akhir dari segalanya, karena Tuhan memberikan kepada setiap manusia potensi akal yang dapat digunakan untuk berpikir mencari jalan keluar.


Setelah mampu menguasai diri (mental dan emosional), mampu menerima kenyataan, langkah berikutnya yang saya lakukan adalah mengumpulkan keberanian dan kepercayaan diri yang sempat porak-poranda agar menjadi utuh kembali. Afirmasi diri setelah berdoa dalam shalat, saya lakukan secara intesif. Bagi saya, proses ini membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan untuk recovery secara mental. Mungkin akan bervariasi lama waktunya bagi orang yang berbeda.


Langkahnya selanjutnya adalah bergerak mencari peluang, bertindak mencoba peluang baru yang ditemukan. Membuka Jobsdb, Karir.com, Jobstreet, Linkedin, membeli Kompas hari Sabtu. Melihat peluang lowongan pekerjaan yang ada. Secara aktif menyebar aplikasi lamaran ke Perusahaan-Perusahaan yang membuka lowonga. Dari sekian banyak aplikasi yang disebar, tentu ada hasilnya 1 atau 2 perusahaan mengundang saya wawancara. Hasilnya semua nihil, tidak menghasilkan. Namun saya tak habis akal, saya terus berupaya belajar membaca peluang yang ada melalui internet dan akhirnya saya menemukan jawabannya.

Ketika menghadapi kegagalan, saya sudah terlatih untuk segera bangkit kembali. Terjatuh, bangkit lagi. Jatuh, bangkit lagi. Jatuh, bangkit lagi, hingga akhirnya saya dapat menemukan formula yang tepat bagi diri saya. Apakah kembali bekerja di perusahaan atau kah mencoba berwirausaha. Pengalaman ini amatlah subyektif. Namun bagi saya pribadi, setelah peristiwa resign yang kedua, menjadi wirausahawa adalah pilihan saya. Alhamdulillah, saya baik-baik saja.

Sekali lagi saya katakan, PHK bukan akhir dunia. Justru dibalik peristiwa tersebut tersimpan peluang bagi anda untuk melompat lebih tinggi, diluar dugaan anda sebelumnya.

Selamat mencoba!


Salam!


3 komentar:

  1. Yuk berusaha om. Walapun saya posisinya istri, tapi memang dari dulu pengen wirausaha. Dulu sambil kerja sempet kongsi jual baju, Abis resign bikin n jual jilbab sendiri..

    Abis itu bikin konsultan ibu2 psikologi, sekarang mudah2an lancar mau... eh, belum rilis :)

    In syaa Allah, doakan om! Jadi wirausaha lebih besar kemungkinan kita berkontribusi juga secara sosial :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Luar biasa.
      Anda sudah melangkah keluar dari zona nyaman.
      Insya Allah dengan bekal usaha yang tekun dan keyakinan, suatu saat Anda akan menikmati hasilnya dan berkontribusi secara sosial.

      Salam!

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus