Selasa, 19 Januari 2016

Bahaya Anak Kecanduan Gadget

Pagi ini (Kamis, 14 Januari 2016) saya kebetulan melihat sebuah tayangan di televisi yang sedang membahas tentang "Bahaya Anak Kecanduan Gadget". Salah satu narasumbernya adalah seorang Ayah yang juga ahli parenting. Ia memiliki seorang anak yang sempat mengalami kecanduan dengan gadget (games komputer) sejak usia 6 tahun. Prestasi sekolah sang anak sempat anjlok,  namun kemudian setelah menyadari permasalahan dan bersedia berkonsultasi dengan ahlinya (Psikolog), melalui serangkaian intervensi akhirnya kondisi sang anak berubah 180 derajat hingga menjadi siswa yang berprestasi di sekolahnya.

Satu hal yang menarik dari tayangan tersebut adalah ketika sang Ayah mengakui kesalahannya dalam proses mendidik anak-anaknya di rumah. Dia mampu menurunkan ego-nya, yang diluar dikenal sebagai ahli parenting, terbiasa membantu para orang tua dan anak-anak yang lain, bergerak mencari bantuan ahli diluar dirinya. Ini merupakan satu contoh sikap ksatria dari seorang Ayah, yakni berani mengakui kesalahan/kelemahan diri dan mencari serta meminta bantuan orang lain.

Menurut diagnosa Psikolog, gangguan perilaku yang dialami oleh sang anak (kecanduan games komputer) disebabkan oleh tercurahnya perhatian Ibu kepada anak yang baru lahir (sang Adik), sementara sang Kakak (penderita gangguan perilaku) juga membutuhkan perhatian yang sama dari sang Ibu, namun tidak mendapatkannya. Pengalihan terus-menerus dari sang Ibu agar sang anak memperoleh perhatian dari sang Ayah, sementara di sisi lain sang Ayah sibuk bekerja, membuat anak beralih kepada gadget (games komputer) untuk menenangkan kegelisahan batinnya. Hal ini terjadi hingga pada satu titik mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

Sang Ayah mengakui bahwa untuk merawat dan mendidik seorang anak, anak membutuhkan kedua orang tuanya. Digambarkan bahwa Allah menciptakan seorang anak manusia dalam keadaan yang sempurna, hanya dibedakan oleh jenis kelamin, namun sesungguhnya didalam dirnya, ia masih 'kosong' sebagaimana sebuah kertas putih. Anak membutuhkan 'role model' untuk memberi 'warna' dalam dirinya, figur 'role model' yang terdekat adalah orang tua, sebelum kemudian ia menemukan sosok 'role model' lain di masa remaja dalam lingkup yang lebih luas.



Melihat tayangan tersebut, semakin memperkuat keyakinan saya akan pilihan yang saya ambil. Bekerja dari rumah akan memberikan banyak manfaat bagi keluarga, khususnya dalam proses  tumbuh kembang anak-anak. Anak-anak membutuhkan kehadiran ayah dan ibunya dalam proses tumbuh kembangnya, dan itu tidak bisa digantikan oleh gadget secanggih apapun.

Hari ini, mustahil anak kita bebas dari yang namanya gadget. Namun demikian, kita sebagai orang tua punya kontrol untuk mengarahkan tentang bagaimana cara memanfaatkan gadget dengan baik, agar dapat memberikan manfaat bagi penggunanya.

Tayangan televisi tersebut di atas memperlihatkan salah satu dari sekian banyak bahaya anak kecanduan gadget. Mari kita dampingi anak-anak mengenal dan menggunakan gadget dengan baik.

Salam!

2 komentar:

  1. yang paling bahaya itu kecanduan rondo mas.. haha :p

    BalasHapus
  2. Hahaha... iku pesen kanggo bapak-bapak sak dunyo Her!

    BalasHapus