Senin, 18 Januari 2016

Proses Menyapih Si Dua Tahun



Menyapih menurut artikata.com berarti menghentikan anak menyusu (verb).

Namun dalam pengertian saya menyapih juga bisa diartikan menghentikan anak pada kebiasaan-kebiasaan yang kurang patut sebelum berlarut-larut. Seperti halnya yang sempat dilakukan Dz kepada saya beberapa waktu lalu. Dz selalu meminta saya untuk membuka baju, kemudian dia akan meminta naik di punggung saya dan berpegangan erat di sana untuk waktu yang cukup lama. Aktivitas ini dalam satu hari bisa berulang tiga hingga empat kali.

Awalnya saya selalu menuruti permintaan Dz untuk itu. Saya menganggap lucu perilaku tersebut. Namun suatu ketika istri saya mengingatkan bahwa kebiasaan tersebut kurang baik, hingga pada suatu hari kami putuskan untuk menghentikan kebiasaan tersebut.

Caranya mudah saja, pada saat Dz meminta saya untuk membuka baju, saya mengatakan tidak dengan tegas dan berusaha menjelaskan bahwa hal tersebut tidak dapat saya lakukan. Saya mengambil analogi peristiwa sehabis mandi Dz selalu ayah pakaikan baju, mengapa ayah harus membuka baju? Tentu saja anak umur dua tahun tersebut tidak langsung memahami maksud penjelasan saya, sehingga yang terjadi adalah dia menangis tersedu-sedu. Untuk kebiasaan yang pertama ini, berhasil kami atasi, Dz tidak lagi meminta saya untuk membuka baju jika ingin naik ke punggung saya.




Namun ternyata muncul kebiasaan baru lain yang diduga akan mengganggu, yakni kebiasaan Dz jatuh tertidur di punggung saya. Sebelumnya jika mengantuk, Dz akan pergi ke kamar, merebahkan diri di kasur, kemudian tertidur, atau bahkan dia bisa tertidur di atas karpet bermain jika sudah benar-benar mengantuk. Namun belum lama ini muncul kebiasaan baru, Dz baru akan tertidur jika rebahan di atas punggung saya atau kakaknya.

Awalnya saya berpikir kebiasaan ini bagus dan lucu sampai suatu ketika saya hendak bekerja, dan Dz meminta untuk naik ke punggung saya. Tentu ini akan mengganggu konsentrasi saya. Akhirnya saya memutuskan untuk mengunci diri di kamar, dan Dz berada di luar bersama ibunya. Reaksi Dz ketika itu menangis keras, menggedor-gedor pintu selama kurang lebih 5 menit, sampai akhirnya sang bunda menemukan sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya. Momen 5 menit itu yang menentukan, kalau kita tahan maka proses penyapihan bisa sukses, namun kalau tidak kita harus ulangi lagi dari awal.

Kunci dari keberhasilan tindakan ini adalah kesepakatan Ayah dan Ibu untuk sama-sama siap menghadapi tangisan sang anak yang kadang memekakkan telinga dan tidak sedap dipandang, tak jarang kita pun merasa kasihan kepada si anak karena dia menangis sesenggukan bahkan hingga terbatuk-batuk. 

Kesimpulannya: dalam proses menyapih kita (ayah dan ibu) harus bersepakat siap menghadapi proses ketegangan yang akan terjadi ketika anak dicegah untuk memperoleh sesuatu yang dia inginkan, sambil berupaya mencari objek pengalihan yang tidak 'membahayakan' bagi perkembangan si anak.

Demikian pengalaman saya, semoga bermanfaat.

Salam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar