Selasa, 05 Januari 2016

Pengantar "Ayah Penuh Waktu"


Ini adalah tulisan perdana untuk mengisi blog yang saya beri judul "Ayah Penuh Waktu".

Ada apa dengan "Ayah Penuh Waktu"?

Seperti kita ketahui di dunia para Ayah, sudah menjadi kewajiban baginya untuk keluar rumah mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Sebagai Ayah, saya pribadi sudah menjalankan peran tersebut selama kurun waktu 9 tahun terakhir dan terus berjalan.

Saya pribadi sudah merasakan beberapa situasi sebagai Ayah yang bekerja mencari nafkah, mulai dari bekerja di luar kota, bekerja di luar pulau, sampai akhirnya bekerja di kota yang sama dengan tempat tinggal keluarga.

Buat sebagian besar orang, mendapat kesempatan menemukan ladang rizki yang tidak jauh dari rumah adalah sebuah kesyukuran. Alhamdulillah saya pun merasa demikian. Ada beberapa manfaat yang saya rasakan dengan bekerja dekat dengan rumah, antara lain: saya masih sempat mengantar anak pergi sekolah sebelum bekerja, waktu perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya hanya makan waktu kurang lebih 30 menit. Namun seiring dengan berjalannya waktu, memasuki tahun ke-4 masa kerja, saya mulai merasa gelisah. Gelisah dengan pola kerja / rutinitas yang telah terbentuk, gelisah dengan tantangan kerja yang sudah tidak lagi menarik. Ditambah dengan perasaan bersalah ketika tidak mampu hadir di dalam keluarga pada saat mereka membutuhkan karena tuntutan pekerjaan.

Maka dalam lubuk hati saya yang paling dalam pun tercetus cita-cita ingin menjadi seorang Ayah Penuh Waktu. Apa itu Ayah Penuh Waktu yang saya maksud? Ayah Penuh Waktu adalah Ayah yang mampu selalu berada dekat dengan keluarganya dan mampu memenuhi segala kebutuhan hidup keluarganya tanpa kekurangan satu apapun. Sungguh sebuah cita-cita yang mulia, cita-cita yang tidak dapat saya bayangkan bagaimana cara mewujudkannya pada awalnya.

Namun, keindahan dari sebuah cita-cita seseorang adalah sekali ia terpikir, terucap dan tersimpan dalam hati sanubari, langit seolah-olah akan mencatat dan seiring ikhtiar yang dilakukan seseorang dalam perjalanan waktu, perlahan-lahan Allah akan menunjukkan jawaban-NYA.

Bagi para Ayah yang terjebak dalam rutinitas pekerjaan, perlombaan tikus atau terjebak dalam situasi pekerjaan yang kurang sesuai dengan aspirasi diri, jangan pernah berkecil hati. Tetaplah berusaha positif karena yakinlah bahwa selalu ada jalan keluar sepanjang kita mau berusaha.

Demikian pengantar blog perdana dari saya.

Ikuti kisah-kisah selanjutnya.

Selamat membaca!

Salam!


  HashOcean

4 komentar:

  1. Smangatt terus menjadi Ayah Penuh Waktu...saya sudah menjalaninya dari awal menikah sampai sekarang anak umur hampir 4 tahun..Insya Allah sepanjang usia...Barakallah...

    BalasHapus
  2. Terima kasih Kawan,
    Masya Allah senang rasanya bahwa saya tidak sendiri melakukan hal ini.
    Ada banyak ayah-ayah hebat yang melakukan hal yang sama.
    Bahkan ada lebih banyak ayah-ayah yang ingin dapat melakukan hal ini.
    Semoga tulisan di blog ini dapat menginspirasi para pembacanya.

    Barakallah...

    BalasHapus
  3. membaca blog ini seperti anti tesis dari full time mommy. Menarik untuk diikuti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tujuan awalnya adalah ingin mengingatkan kembali kepada kita semua bahwa mendidik-mengasuh anak-anak adalah tugas bersama Ayah dan Ibu. ^_^

      Hapus