Jumat, 22 Januari 2016

Menghadapi Si Delapan Tahun


Tulisan ini tentang anak pertama saya, Dvn, yang saat ini berusia 8 tahun lebih, sebut saja sebagai kakak.
Dalam keluarga, kakak cukup lama diperlakukan sebagai layaknya anak tunggal, 6 tahun sebelum kemudian adiknya lahir. Selama itu dia selalu mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya, tak terbagi.
Mungkin hal ini yang menyebabkan munculnya perilaku manja, dihadapan sang adik ketika berinteraksi dengan Ayah-Ibunya.

Dalam hati kadang saya merasa kesal, masak anak lelaki pertama usia 8 tahun, masih bersikap seperti itu. Namun ketika sedang tenang dan saya coba pikir kembali, saya akhirnya memilih untuk bersikap berbeda dalam melihat hal ini.
Benar, sebagai anak lelaki pertama yang saat ini sudah berusia 8 tahun, kakak harus belajar untuk mandiri. Terutama mampu untuk mengurus dirinya sendiri seperti untuk urusan mandi, buang air besar dan kecil, makan, belajar, menyiapkan buku-buku sekolah. Ditambah tugas perkembangan lain terkait sosialisasi dengan lingkungan, teman sebaya, adik-adik dan orang-orang yang lebih tua.


Namun di sisi lain, sebagai ayah saya pun merasa bahwa waktu tidak bisa diputar kembali, ini menjadi semacam pembenaran kalau saya pun masih ingin memanjakannya, sebagaimana sang adik.

Ketika sedang bercengkerama, kakak memang sering memberikan kejutan-kejutan untuk kami. Tak jarang ia menceritakan pengalamannya di sekolah, kemudian mengatakan tentang sebuah kosa kata yang menurut saya belum saatnya dia tahu, karena tingkat ke-abstrakan maknanya.
Mendengar ceritanya pasti menjadi sebuah momen yang heboh kalau tidak bisa dikatakan berisik, karena kakak akan bercerita dengan penuh semangat dan penuh efek suara.

Ya, kakak, sesungguhnya anak yang jenaka dan ceria namun juga sekaligus sensitif. Sensitif tidak hanya pada perasaan namun juga pada perubahan cuaca yang seringkali membuat 'penyakitnya' kambuh.

Kadang saya merasa marah sekali jika dalam kondisi sehat, kami senantiasa mengingatkan kakak untuk beristirahat menjaga kondisi tubuhnya, dan kakak lebih memilih untuk bermain. Jika sudah bosan bermain, atau menghadapi kekalahan dalam bermain, kakak pasti membuat sebuah ekspresi yang mudah dikenali, dan terkadang terdengar menyebalkan bagi saya. Ekspresi merajuk manja, seperti marah-marah, namun ketika ditanya, kakak tidak mau mengungkapkan secara terbuka.

Itulah cerita si kakak, berusia 8 tahun saat ini. Sedang dalam masa pertumbuhan. Minatnya terhadap hal-hal baru, ditunjang dengan fasilitas kemudahan informasi seperti saat ini, membuatnya cepat menangkap segala hal terbaru yang sedang terjadi di dunia ini.

Semoga kakak selalu sehat dan tumbuh menjadi anak yang berguna.

Aamiiin.

Salam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar